Optimis, Dengan La Hawla Wala Quwwata Illa Billah

Penjelasan Optimis Oleh KH. Much Imam Chambali

Setiap manusia, pasti pernah mengalami kegagalan. Beberapa manusia menyikapi sebuah kegagalan dengan pasrah, dan berserah diri kepada Allah. Namun, tidak sedikit dari mereka, yang  kemudian berputus asa dan menyerah. Padahal dalam agama islam, kita dianjurkan untuk selalu bersikap optimis. Sebab, Allah adalah sebaik baik perencana takdir, maka pada setiap kegagalan, pasti akan diganti dengan kebaikan apabila seorang mukmin, mau berpasrah, tawakal, dan bersabar. Hal ini senada dengan surah at talaq ayat 3;

اقَدْرً شَيْءٍ لِكُلِّ  اللّٰهُ جَعَلَ قَدْ اَمْرِهٖۗ بَالِغُ اللّٰهَ اِنَّ حَسْبُهٗ فَهُوَ اللّٰهِ عَلَى يَّتَوَكَّلْ وَمَنْ يَحْتَسِبُۗ لَا حَيْثُ مِنْ وَّيَرْزُقْهُ

Artinya: “ dan Dia memberinya rezeki dari arah yang tidak disangka-sangkanya. Dan barangsiapa bertawakal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan-Nya. Sungguh, Allah telah mengadakan ketentuan bagi setiap sesuatu.”

Ayat ini menjelaskan, bahwa sesungguhnya Allah akan member hamba Nya, rezeki dari arah yang tidak terbesit dari hatinya. Maka, barangsiapa yang bersandar, atau menyandarkan segala urusannya, kepada Allah, niscaya Allah, akan mencukupi kebutuhannya. Sesungguhnya Allah adalah dzat yang tidak lemah untuk berbuat sesuatu. Dan tidak pernah luput, dari sesuatu. Allah sudah membuat batasan untuk segala sesuatu yang akan selesai jika sudah mencapai batasannya. Kesusahan ada batasannya. Kesenangan juga ada batasannya. Tidak ada yang kekal diantara keduanya.

Optimis Dalam Kehidupan Sehari-hari

Seorang mukmin yang beriman dan percaya akan kekuasaan Allah tidak akan merasa putus asa. Sebab dia akan mempunyai keyakinan, bahwa allah akan mendatangkan takdir terbaik untuknya. Orang yang didalam hati nya ada allah tidak akan merasa putus asa. Orang yang merasa putus asa, adalah orang yang didalam hatinya tidak ada Allah. Maka dengan kata lain, orang kalau aqidahnya kuat, pasti akan akan memiliki optimisme yang tinggi. Sebab di dalam batinnya selalu ada Allah SWT. Semua masalah dianggap sebagai keyakinan terhadap, pernyataan ”semakin besar ujian semakin tinggi derajat seseorang”.  Seluruh masalah dan ujian yang menerpa, akan disandarkan pada Allah SWT, sebab ia akan meyakini, dahsyatnya sebuah kalimat “tidak ada daya dan upaya selain dari pertolongan Allah.” Kemudian, saya akan ikhlas dan percaya bahwasannya Allah, lebih maha tau apa yang terbaik baginya.

Dengan demikian, maka sudah sepatutnya kita untuk menumbuhkan rasa optimis dalam praktik kehidupan sehari hari. Cara menumbuhkan sikap optimisme adalah dengan  membawa prinsip bahwa hari esok harus lebih baik daripada hari ini. Jika pada hari esok ternyata lebih baik daripada hari ini, maka itu adalah sebuah kemenangan. Tetapi jika hari esok sama dengan yang kemarin maka adalah kekalahan. Akan tetapi, meskipun seringkali menemui kegagalan, sebagai hamba yang beriman kita tidak diperkenankan untuk berputus asa. Bagaimanakah, cirri atau perilaku yang menunjukan manusia yang seringkali berputus asa? Hal tersebut adalah :

  1. Manusia yang imannya lemah. 
  2. Ibadah hanya dirasakan ibadahnya saja, bukan kemanisan dari ibadah. Manusia yang seringkali berputus asa, sesungguhnya hanya tubuhnya saja yang beribadah. Hatinya tidak ikut, sehingga tidak bisa merasakan kenikmatan beribadah.

Pentingnya Optimisme

Bersikap optimis, memang tidak mudah. Apalagi jika dihadapkan dengan realita, kita pasti akan merasakan euphoria ketakutan atas kegagalan. Namun, sebagai manusia yang berislam dengan baik, maka sudah seharusnya, kita menumbuhkan rasa optimis. Buah dari manusia yang selalu bersikap optimisme adalah, sebuah kesuksesan. Karena dengan berpegang teguh pada keyakinan bahwa akan ada buah manis dari setiap kegagalan, terus berusaha sekuat tenaga dan bersikap husnudzon kepada Allah, insyaallah akan mendatangkan kesuksesan. Karena kegagalan sejatinya adalah kesuksesan yang tertunda.

Bagikan

NGAJI PANGURIPAN LAINNYA

NGAJI PANGURIPAN LAINNYA