Surabaya – Acara tumpengan dalam rangka Milad ke-27 Pondok Pesantren Al-Jihad menjadi bukti semaraknya perayaan tahun ini. Sejumlah 43 tumpeng, menghiasi halaman pondok Al-Jihad sebagai simbol rasa syukur. Dalam kegiatan tersebut, dzikir menjadi representasi nilai agama, sementara tumpeng mencerminkan budaya Islam khas Indonesia. Acara tersebut turut dihadiri oleh pengurus Yayasan Al-Jihad Surabaya, Lurah Jemursari, ibu-ibu pengajian Ahad Sore, warga sekitar, tokoh masyarakat, serta seluruh santri Pondok Pesantren Al-Jihad Surabaya.
Acara dimulai setelah jamaah menunaikan salat Subuh, diawali dengan pra-acara lantunan sholawat yang dibawakan oleh Riqqul Habib. Selanjutnya, acara resmi dibuka pada pukul 05.38 WIB. Susunan acara tumpengan diawali dengan Mahalul Qiyam sebagai rutinitas acara, dilanjutkan dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya. Setelah itu, sambutan dari Ketua Milad, Abah Dr. KH. Syukron Djazilan, M.Ag., M.Pd. Dalam sambutannya, beliau berharap acara puncak yang diadakan besok berjalan lancar, dan beliau merasa bahwa acara ini adalah sebuah amanah, yang mana amanah ini harus benar-benar diridhoi Allah. Terakhir, beliau mengungkapkan bahwa rangkaian milad sudah dimulai sejak tanggal 1 Februari dengan diawali bakti sosial dan semaan Al-Qur’an oleh santri tahfidz.
Acara kemudian berlanjut dengan pembacaan tahlil yang dipimpin oleh Prof. Dr. Saiful Jazil, M.Ag., dan ditutup dengan mauidhoh serta doa yang dipimpin langsung oleh Abah KH. Much. Imam Chambali selaku Pengasuh Pondok Pesantren Al-Jihad Surabaya. Sebagai puncak acara, dilakukan pemotongan tumpeng yang secara simbolis diberikan kepada Ketua Milad dan Ketua Pengurus Santri Putra dan Putri.
Dalam mau’idhohnya, beliau menyampaikan pesan mendalam kepada para santri serta para masyarakat yang hadir. Beliau menekankan pentingnya untuk tidak pernah melupakan jasa orang tua serta mereka yang telah berjasa dalam hidup kita. Menurutnya, kebiasaan menghargai jasa orang lain harus selalu ditanamkan dalam diri. “Al-Jihad bisa seperti ini karena jasa banyak orang. Tidak mungkin kita bisa berjuang sendirian, walaupun memiliki kekayaan. InsyaAllah, kehadiran kita di sini dido’akan oleh malaikat. Besok, apa pun takdir kita, jangan pernah lelah mendoakan siapa pun yang pernah berjasa pada kita.”
Beliau juga mengutip Surat Muhammad ayat 7 sebagai pedoman dalam perjuangannya ayat tersebut memiliki arti “Wahai orang yang beriman, jika kamu menolong agama Allah, pasti hidupmu akan ditolong Allah, dan kedudukanmu akan diteguhkan oleh Allah.”
Selain itu, kepada para santri, beliau berpesan agar dalam memperjuangkan Islam, niat yang lurus harus senantiasa dijaga. “Njenengan kalau niat memperjuangkan Islam, jangan hanya memperjuangkan bungkusnya saja, atau sekadar memperjuangkan ego dan nama sendiri. Harus selalu menghargai orang lain dan jangan mudah marah,” dawuhnya.
Pesan ini menjadi pengingat bagi semua agar tetap rendah hati, menghormati jasa orang lain, dan senantiasa berjuang di jalan Allah dengan niat yang tulus.