Zuhud, Sebuah Hakikat Kehidupan

zuhud sebagai hakikat dari kehidupan

Apakah hakikat dari kehidupan, apakah itu berarti dunia dan seisinya? Atau apakah itu berarti memiliki jabatan dan kekuasan? Sejatinya, manusia adalah seorang hamba yang hidup untuk beribadah kepada Allah Swt. Ada 4 Tingkatan Rezeki, yang akan dikupas nanti, berdasarkan surah At-Taha Ayat 131.

Asbabun nuzulnya adalah Rasulullah mendapati tamu di rumahnya. Kemudian beliau, memberitahukan kepada istrinya, Aisyah untuk membuatkan roti. Namun, Kemudian aisyah berkata : “Maaf ya Rasulullah, kita tidak memiliki gandum, kita tidak bisa membuat roti.” Kemudian Rasulullah keluar, dan mencari pinjaman gandum kepada tetangganya. Rasulullah kemudian meminjam gandum, kepada tetangganya yang beragama yahudi. Ini merupakan suri tauladan, bahwasanya orang non muslim adalah saudara. Sedangkan pada zaman ini, seolah-olah non muslim adalah orang yang boleh dibunuh.

Namun sayang sekali, tetangganya yang yahudi tersebut tidak mau meminjami gandum tanpa jaminan. Akan tetapi, Rasulullah tidak memiliki apapun untuk dijaminkan. Orang yahudi tersebut, malah mengolok nabi, dengan berkata: “Janganlah engkau menjadi orang yang miskin, wahai Muhammad.” Hal ini kemudian membuat Nabi merasa nelangsa. PAda dua pelajaran dari kisah tersebut. Yang pertama adalah, jangan berbuat semena-mena terhadap tetangga sekalipun dia berbeda agama dengan kita. Yang kedua adalah janganlah kita bersikap keterlaluan. 

Sebelum Nabi beranjak dari kediaman Yahudi tersebut, Allah kemudian berfirman, Surah At-Taha ayat 131, yang berbunyi :

وَلَا تَمُدَّنَّ عَيْنَيْكَ اِلٰى مَا مَتَّعْنَا بِهٖٓ اَزْوَاجًا مِّنْهُمْ زَهْرَةَ الْحَيٰوةِ الدُّنْيَا ەۙ لِنَفْتِنَهُمْ فِيْهِ ۗوَرِزْقُ رَبِّكَ خَيْرٌ وَّاَبْقٰى

Artinya :”Dan janganlah engkau tujukan pandangan matamu kepada kenikmatan yang telah Kami berikan kepada beberapa golongan dari mereka, (sebagai) bunga kehidupan dunia agar Kami uji mereka dengan (kesenangan) itu. Karunia Tuhanmu lebih baik dan lebih kekal

Ayat tersebut, memberikan pelajaran kepada kita, untuk tidak memiliki pandangan hidup seperti orang Yahudi. Kepada kekayaan yang Allah berikan kepada orang Yahudi, sebab diantara golongan manusia memang sudah ada takaran rezekinya. Namun, Allah tetap bisa merubah nasib suatu kaum, asal kaum tersebut berusaha. Kaum yahudi memang diberikan kekayaan, akan tetapi itu hanyalah bunga kesenangan dunia. Dan bunga kesenangan dunia, itu tidak bersifat kekal atau abadi. Dan sebenarnya harta itu, adalah ujian dari Allah Swt, kepada manusia yang dititipkan harta.

Terkadang manusia itu tidak sadar, bahwa dunia itu menipu. Sebagai contoh, tingkatan rezeki itu ada 4, dan dunia adalah tingkatan rezeki yang paling bawah. Kemudian tingkatan selanjutnya adalah kesehatan. Kesehatan ini adalah hal yang paling utama, agar diberikan kemudahan dalam beribadah. Kemudian di tingkat selanjutnya adalah, anak yang sholeh dan sholihah. Anak yang sholeh dan sholihah itu, ditentukan oleh ibunya. Tingkatan rezeki yang paling tinggi adalah, Ridhonya Allah. Rezeki yang demikian inilah, yang paling didambakan. Sayang sekali, semua manusia mengejar tingkatan rezeki yang bawah sekali, yaitu dunia. Yang paling penting, adalah hidup untuk menata hati dan mencari Ridho dari Allah. 

Menurut Syekh Imam Al-Ghazali. Banyak yang mengira, orang yang meninggalkan harta duniawi adalah orang yang zuhud, padahal tidak selalu demikian. Pasalnya, meninggalkan harta dan berpakaian buruk, adalah hal yang mudah. Hakikat zuhud adalah, meninggalkan sifat sifat buruk yang ada didalam hati. Tidak memiliki prasangka dan membiarkan hatinya bersikap sombong. Zuhud bukan berarti tidak mau dunia. Tapi bersikap biasa.

Tanda-tanda orang zuhud, itu ada 3 yaitu :

  1. Tidak terpengaruh oleh kehadiran orang yang berharta atau tidak memiliki harta.
  2. Tidak terpengaruh oleh pujian dan hinaan.
  3. Terhibur hatinya karena sedang ibadah

Bagikan

NGAJI PANGURIPAN LAINNYA

NGAJI PANGURIPAN LAINNYA