Ridha adalah sebuah bentuk pasrah dan menerima apapun yang sudah menjadi kehendak Allah. Seorang hamba bisa dikatakan ridha apabila sudah dapat merasakan ketenangan hati dan lapang dada tatkala mendapat sebuah kebahagiaan maupun cobaan dari Allah. Beralih pada ridha dalam dunia pendidikan, ridha seorang guru memiliki peran yang berarti dalam perjalanan seorang murid dalam mencapai keberhasilan. Ridha adalah senjata, sebuah ridha seorang guru akan menjadi tameng yang melindungi murid dari berbagai rintangan dalam sebuah perjalanan dan pembelajaran. Ketika seorang guru merestui muridnya, ridha tersebut memberikan keberkahan dan kekuatan, membantu murid menghadapi sebuah tantangan.
Salah satu faktor penentu keberhasilan seorang pelajar, baik itu santri maupun bukan, adalah cara mereka menghormati dan memuliakan guru. Pelajar yang menjaga perilaku dan bersikap sopan terhadap gurunya akan mencapai kesuksesan dalam menuntut ilmu dan memperoleh keberkahannya. Sebaliknya, mereka yang tidak memperhatikan hal tersebut akan kehilangan keberkahan dari ilmu yang dipelajari.
Dikutip dari penjelasan KH. Moch Imam Chambali dalam sebuah kajiannya dengan para santri. Beliau berpesan agar para santri selalu menghormati para gurunya, baik guru spiritual maupun guru non spiritual atau akademik. Beliau amat menentang jika terdapat para santri yang berpartisipasi dalam aksi protes terhadap dosen, serta tidak menghargai dan selalu menentang guru. Pesan tersebut beliau ungkapkan agar para santri mendapat kesuksesan dalam menimba ilmu untuk hasil yang didapat pada masa depan.
melainkan kekuatan yang tak terlihat, namun sangat efektif dalam memperjuangkan kebaikan dan kebenaran. Ketika kita sudah mengantongi ridha dari guru, mereka merasa lebih siap dan percaya diri untuk menghadapi tantangan yang bisa datang kapanpun. Ridha memperkuat mental dan spiritual, seperti sebuah “senjata” untuk bertahan dari godaan untuk menyerah dalam menghadapi kesulitan.
Syaikh Imam Az-Zarnuji pengarang kitab Ta’lim Wal Muta’alim menjelaskan bahwa seorang pelajar perlu bertindak dan bersikap dengan cara yang disukai serta diridhai oleh gurunya. Setiap tindakan yang dapat mendatangkan ridha dari guru sebaiknya diupayakan, kecuali jika berhubungan dengan kemaksiatan, karena taat dalam kezaliman tidak diperbolehkan. Selain itu, seorang murid juga harus menghindari perilaku yang dapat menimbulkan kemarahan guru.
Terdapat sebuah kisah yang menunjukkan betapa pentingnya ridha guru. Seorang murid cerdas dari Habib Abdullah Asy-Syathiri selalu meminta izin dan restu sebelum mengisi ceramah. Suatu ketika, ia memilih menghadiri undangan ceramah daripada mengikuti majelis taklim gurunya tanpa meminta izin. Akibatnya, Habib Abdullah tidak meridhai tindakannya. Ketika memulai ceramah, murid tersebut hanya bisa mengucapkan “amma ba’du” tanpa bisa melanjutkan seperti biasanya. Setelah kejadian itu, hidupnya menjadi sulit dan ia kehilangan keberkahan serta kemampuan ceramahnya, sebagai akibat dari tidak mendapat ridha gurunya. Alkisah yang diceritakan oleh KH Agus Reza Ahmad Zahid pada laman Nu Online.
Sebagai penutup, coretan diatas wujud memperingati Hari Guru Nasional sebagai momentum untuk refleksi dan apresiasi terhadap peran guru. Kita harus berusaha untuk mendapatkan ridha mereka melalui sikap hormat, disiplin, dan kesungguhan dalam belajar. Dengan demikian, ridha guru akan menjadi senjata yang mengantarkan kita menuju keberhasilan, baik dalam pendidikan maupun dalam kehidupan. Mari kita rayakan hari guru dengan penuh rasa syukur dan penghormatan kepada para guru yang telah mendidik kita secara moral, spiritual dan akademik.