REVOLUSI TANTANGAN DAKWAH DI ERA INDUSTRI 4.0

REVOLUSI TANTANGAN DAKWAH DI ERA INDUSTRI 4.0

Jalan dakwah bukan rentang yang pendek dan bebas hambatan, bahkan jalan dakwah penuh dengan tantangan dan kesulitan dengan jarak yang terkira jauhnya. Hal tersebut perlu kita pahami dalam setiap aktivitas dakwah, agar para juru dakwah siap menghadapi segala kemungkinan yang terjadi di perjalanan, sehingga  revolusi komunikasi dan informasi di jalan dakwah bisa kita atasi.

Allah telah memberikan rambu-rambu kepada kita tentang ini:

اَحَسِبَ النَّاسُ اَنْ يُّتْرَكُوْٓا اَنْ يَّقُوْلُوْٓا اٰمَنَّا وَهُمْ لَا يُفْتَنُوْنَ

Apakah manusia mengira bahwa mereka akan dibiarkan hanya dengan mengatakan, “Kami telah beriman,” dan mereka tidak diuji?

Tantangan dakwah terbesar di era revolusi industry 4.0 ini adalah ketertinggalan aktivitas dakwah. Hal tersebut disebabkan oleh permasalahan laten yang tak kunjung menemui perpecahan penyelesaian. Ketika masyarakat kontemporer (era kekinian) memasuki revolusi secara global dengan dukungan ilmu pengetahuan dan teknologi, tantangan yang dihadapi semakin rumit. Tantangan tersebut tidak mengenal ruang, waktu dan lapisan masyarakat yang berbagai macam. Di sisi lain seluruh sektor kehidupan dan hajat hidup manusia, termaksud masalah agama. Artinya dalam kehidupan keagamaan umat manusia tidaak terkecuali islam dimanapun ia berada akan menghadapi tantangan yang sama meskipun dalam nuansa yang berbeda.

Mengutip landasan buah karya Soedjatmoko dalam “Agama dan Hari Depan Umat Manusia” menandaskan bahwa agamapun kini diuji dan ditantang oleh zaman. Meskipun diakui bahwa satu pihak Revolusi Industri 4.0 menciptakan fasilitas yang memberi peluang bagi pengembangan dakwah, namun antara tantangan peluang dewasa ini, agaknya tidak berimbang. Pesantren menjadi salah satu lembaga aktivis dan lembaga dakwah tidak lagi bersikukuh menggunakan cara-cara lama seperti ceramah sebagai satu-satunya teknik dominan dalam menyampaikan materi dakwah dan pembelajaran.

Bukan karena jangkauan pendenggarnya yang terbatas ruang dan wakttutetapi juga terkait fleksibilitas akses terhadap materi dakwah. Media dakwah yang berbasis teknologi mutlak diperlukan, karena realitas masyarakat milineal telah dapat mengakses ceramah, tausiyah dan materi dakwah secara mudah dimanapun dan kapanpun mereka meningginkannya, maka secara perlahan media sosial telah banyak memberi  pengaruh pemahaman agama terutama anak muda saat ini. Kondisi ini perlu menjadi perhatian pesantren dalam mengimbangi literatur keislaman yang tersebar melalui media sosial (medsos) terutama pesan-pesan yang mengandung nilai-nilai kebebasan dan liberal. Dengan memproduksi literature keislaman yang moderat, humanis dan toleran berbantukkan teknologi. Salah satu upaya yang bisa dikembangkan di pesantren diantaranya:

  1. Membangun literasi digital di pesantren

Literasi digital adalah kemampuan menggunakan teknologi dan disertai cara mengambil , menggunakan dan menganalisis informasi yang disediakan oleh media digital secara bersama. Literasi digital diterapkan dalam sistem manajemen pesantren dan proses pembelajaran di ruang kelas. Sistem informasi pesantren atau sistem manajemen pesantren berbasis ICT di era digital menjadi keharusan untuk digunakan oleh pesantren yang berorentasi pada layanan dakwah berbentuk pendidikan formal baik kepada orang tua maupun santrinya. Sistem manajemen pesantren akan membantu pengelolaan adminitrasi dan sumberdaya di pesantren mulai informasi dan sistem penerimaan, menjalankan aktivitas belajar-mengajar, sampai santri menyelesaikan masa belajar mereka, kesemuannya terekam dengan rapi di dalam sistem manajemen pesanten yang berbasis teknologi.

  1. Membuat Kajian Keislaman Secara Online dan Offline

Dahulu dakwah banyak dilakukan dengan menggunakan media cetak semacam Koran, bulletin, majalah, lembaran pamvlet dan lainnya. Sekarang hal tersebut banyak ditinggalkan, ongkos yang mahal, distribusi yang terbatas dan distribusi-konsumsi produksi yang berpindah teknologi ke dunia digital. Bila dulu dakwah dilakukan dengan media elektronik semacam tv dan radio yang memiliki keterbatasan pada waktu siar, maka hari inipun mulai ditinggalkan terutama di perkotaan, mereka lebih suka menonton live melalui media youtube atau facebook yang menyediakan layanan streaming secara kegiatan dakwah, sehingga mereka bisa belajar dan mengikuti proses penggajian tanpa harus dibatasi ruang dan tempat. Yang mana hal tersebut mengonsumsi pesan-pesan agama disela kesibukannya sebagai manusia modern.

Dari bacaan di atas perlu kita sadari dalam keterlibatan kita memasuki era saat ini, aktivitas dakwah  dituntut untuk lebih peka terhadap gejala-gejala perubahan sosial masyarakat. Aktivitas dakwah harus memperkuat eksistensinya, maka dari itu upaya besar kita dalam mengedepankan kreativitas dan inovasi terbaru terhadap tuntunan perubahan.

Bagikan

SISI LAIN LAINNYA