Dunia pendidikan erat sekali kaitannya dengan pembicaraan akhlak dan adab. Baik pendidikan formal, informal, maupun non formal yang namanya adab setinggi mungkin ditempatkan pada nomor satu. Meskipun memang sekarang ini tidak dipungkiri bahwasanya esensi dari adab mulai dikesampingkan. Adanya krisis etika sebagaimana yang kita ketahui saat ini merupakan masalah yang patut diberi perhatian lebih. Pemahaman ke anak murid harus ditekankan lagi. Sebab, ridho guru puncaknya menuntut ilmu.
Bayangkan saja jika perkara adab ini terus dinomor sekiankan dan tidak lagi dilirik. Belum ada jaminan pasti murid-murid akan hormat pada guru. Lantas bagaimana pandangan orang awam ke seseorang yang bergelut di bidang pendidikan. Mereka yang awalnya berfikiran orang-orang yang berpendidikan tinggi tentu punya akhlak yang santun dan cerdas. Akan tetapi setelah kejadian menurunnya moral murid, hal ini akan mengubah pemikiran orang awam.
Peran pendidikan sangat penting untuk menjamin perkembangan dan kelangsungan kehidupan. Dari pendidikan pula kepribadian masyarakat dapat tercermin. Sedikit banyak orang yang berpendidikan menularkan pengaruh di lingkungannya. Apalagi orang yang berpendidikan disempurnakan dengan akhlak baik. Masa depan bangsa seolah tertumpu pada orang yang memiliki kriteria demikian.
Langkah untuk menuju kesana dimulai dari pendidikan akhlak. Mengingat kedudukan akhlak dalam kehidupan manusia menempati tempat penting, sebagai individu maupun masyarakat dan bangsa, sebab jatuh bangunya suatu masyarakat tergantung kepada bagai mana akhlaknya. Apabila akhlaknya baik, maka sejahteralah lahir dan batin, dan apabila akhlaknya rusak, maka rusaklah lahir dan batin.
Pembahasan akhlak hakikatnya adalah membicarakan tentang perbuatan-perbuatan manusia, kemudian menerapkannya apakah perbuatan tersebut tergolong perbuatan yang baik atau buruk. Objek atau sasaran pembahasan akhlak pun berkaitan dengan norma atau penilaian terhadap suatu yang dilakukan oleh seseorang, dalam hal ini murid.
Lantas mengapa murid mesti memperhatikan detail akhlaknya kepada guru. Menurut KH. Hasyim Asy‟ari hubungan Guru dan Murid dibangun atas dasar penghormatan yang besar dari Murid dan cinta kasih yang tulus dari seorang Guru. Sehingga hubungan diantara keduanya bagaikan hubungan orang tua kandung dan anaknya. Di samping menaruh perhatian besar pada hubungan Guru Dan Murid, pembelajaran harus dilaksanakan secara profesional, K.H. Hasyim Asy’ari tampak juga menekankan pada pentingnya pembimbingan terhadap Murid. Sehingga Guru adalah sosok pengajar yang profesional dan pembimbing bagi Murid dalam menghadapi persoalan-persoalan.
Urusan ragam etika yang begitu luas dapat disederhanakan menjadi tiga. Pertama, seorang Murid harus mencari dan memilih Guru yang betul-betul memiliki kualifikasi sebagai seorang Guru. Kedua, hendaknya mempunyai keyakinan bahwa seorang Guru memiliki derajat kesempurnaan dan tidak pernah luntur sekalipun meski diketahui Guru tersebut memiliki perangai (akhlak) yang kurang baik. Ketiga, hendaknya seorang Murid selalu menghormati Guru dalam situasi yang bagaimanapun. Suatu penghormatan semata-mata dilakukan karena ilmu yang dimiliki guru tersebut.
Tidak ada alasan untuk tidak memuliakan dan menghormati guru. Jasa guru sangat besar dalam mendidik mental, mengembangkan nalar, dan memberikan ilmu pada murid. Agama juga memerintahkan kita untuk hormat dan patuh pada guru. Niatkan saja, lantaran memuliakan guru kita juga memuliakan ilmu. Dan semoga apa yang dipelajari bisa bermanfaat, syukur-syukur bisa menularkan manfaat ke yang lain.