Keaswajaan sebagai prinsip dalam Islam tidak hanya menuntut tampilan fisik yang rapi, tetapi lebih jauh mengajarkan nilai-nilai moral dan etika dalam setiap aspek kehidupan. Dalam konteks ini, penting untuk memahami bahwa keaswajaan bukanlah sekadar formalitas, melainkan sebuah pandangan holistik terhadap kehidupan yang mencakup tata krama, kerapihan dan tatanan yang terkandung dalam ajaran Islam.
Pilar Utama Agama Islam
Terdapat tiga pilar utama dalam agama Islam yaitu: Islam Iman, dan Ihsan.
- Islam adalah bersaksi tidak ada Tuhan yang haq disembah kecuali Allah Swt dan bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan Allah Swt, mengerjakan shalat, membayar zakat, puasa di bulan Ramadhan dan haji ke Baitullah bagi yang mampu.
- Iman adalah beriman (percaya) kepada Allah Swt, para malaikat Allah Swt, kitab-kitab Allah Swt, para Rasulullah (utusan Allah Swt), hari akhir (kiamat), qadha’ dan qadar Allah Swt yang baik maupun yang buruk.
- Ihsan adalah menyembah kepada Allah Swt seolah-olah kita melihat-Nya, apabila tidak bisa melihat Allah Swt, maka yakinlah bahwa Allah Swt melihat kita.
Pada dasarnya tiga hal tersebut yakni Islam, Iman dan Ihsan merupakan satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan satu dengan yang lainnya. Namun seiring dengan perkembangannya, ulama’ berfikir, meneliti dan menyimpulkan harus adanya pemisahan dengan harapan lebih mudah mengenali dan memahami satu persatu. Dan akhirnya pemisahan tersebut menghasilkan cabang-cabang ilmu tersendiri yang berbeda-beda, dengan perincian sebagai berikut;
- Islam, dalam pengertiannya khusus memunculkan ilmu fikih atau ilmu hukum Islam.
- Iman, memunculkan ilmu tauhid atau ilmu kalam.
- Ihsan, memunculkan imu tasawwuf atau ilmu akhlak.
Dalam perjalanan kehidupan beragama, aspek Iman, Islam, dan Ihsan harus diterapkan bersama-sama untuk pengalaman agama yang sempurna tidak boleh dipisah-pisahkan atau ditinggalkan satu sama lain. Misalnya, orang yang sedang shalat, dia harus meng-esakan Allah Swt disertai keyakinan bahwa hanya Allah Swt yang wajib disembah, itulah Iman. Shalat harus memenuhi syarat dan rukun, itulah Islam. dan shalat harus dilakukan dengan khusu’, tawadlu’ dan penuh dengan penghayatan disegala apa yang dibaca, itulah Ihsan.
Allah Swt berfirman dalam surat Al-Mu’minun ayat 1-2:
قد أفلح المؤمنون (1) الّذين هم في صلانهم خاشعون (2) (المؤمنون: 1-2)
“Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman, (yaitu) orang-orang yang khusu’ dalam shalatnya.” (QS Al-Mu’minun:1-2)
Implikasi Keaswajaan dalam Kehidupan Sehari-hari
Pentingnya mempelajari Aswaja atau Ahlussunnah Wal Jamaah dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Aswaja sendiri merupakan salah satu aliran pemahaman teologis Islam yang diyakini sebagai pemahaman yang benar yang telah diajarkan Nabi Muhammad Saw kepada para sahabatnya. Adapun nilai-nilai Aswaja dalam kehidupan sehari-hari yaitu: tawasut, tawazun, tasamuh dan ta’adul.
- Tawasut (Sikap Tengah-Tengah)
Maksud dari sikap tengah-tengah atau moderat yaitu kita sebagai manusia tidak boleh bersifat ekstrem kanan dan ekstrem kiri. Artinya harus bersifat sedang-sedang saja, tidak pilih-pilih. Hal ini seperti firman Allah Swt sebagai berikut:
Artinya : “Dan demikianlah Kami jadikan kamu sekalian (umat Islam) umat pertengahan (adil dan pilihan) agar kamu menjadi saksi (ukuran penilaian) atas (sikap dan perbuatan) manusia umumnya dan supaya Allah Swt menjadi saksi (ukuran penilaian) atas (sikap dan perbuatan) kamu sekalian”. (QS Al-Baqarah: 143).
- Tawazun (Seimbang)
Yang dimaksud dengan seimbang dalam segala hal ialah terrnasuk dalam penggunaan dalil ‘aqli (dalil yang bersumber dari akal pikiran rasional) dan dalil naqli (bersumber dari Al-Qur’an dan Hadis). Seimbang di sini juga yaitu dalam berkhidmah demi terciptanya keserasian hubungan antara sesama umat manusia dan antara manusia dengan Allah. Firman Allah Swt:
Artinya : “Sunguh kami telah mengutus rasul-rasul kami dengan membawa bukti kebenaran yang nyata dan telah kami turunkan bersama mereka al-kitab dan neraca (penimbang keadilan) supaya manusia dapat melaksanakan keadilan”. (QS Al-Hadid: 25).
- Tasamuh (Toleransi)
Tasamuh atau toleransi ialah menghargai perbedaan serta menghormati orang yang memiliki prinsip hidup yang tidak sama. Namun, bukan berarti mengakui atau membenarkan keyakinan yang berbeda tersebut dalam meneguhkan apa yang diyakini. Allah Swt berfirman :
Artinya : “Maka berbicaralah kamu berdua (Nabi Musa AS dan Nabi Harun AS) kepadanya (Fir’aun) dengan kata-kata yang lemah lembut dan mudah-mudahan ia ingat dan takut.” (QS. Thaha: 44).
- Ta’adul (Tegak Lurus)
Ta’adul atau tegak lurus. Yaitu sikap tegak dalam arti tidak condong pada kepentingan di luar kepentingan Islam. Lurus dalam arti semata-mata berjuang demi kepentingan agama. Sikap ini pada intinya memiliki arti menjunjung tinggi keharusan berlaku adil dan lurus di tengah-tengah kehidupan bersama. Dalam Al-Qur’an, Allah Swt berfirman:
Artinya : “Wahai orang-orang yang beriman hendaklah kamu sekalian menjadi orang-orang yang tegak membela (kebenaran) karena Allah menjadi saksi (pengukur kebenaran) yang adil. Dan janganlah kebencian kamu pada suatu kaum menjadikan kamu berlaku tidak adil. Berbuat adillah karena keadilan itu lebih mendekatkan pada taqwa. Dan bertaqwalah kepada Allah, karena sesungguhnya Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan”. (QS al-Maidah: 8).