Èling dan Waspada

Pembahasan èling kali ini dibahas dengan menghubungkan keduanya dengan hubungan kita terhadap Allah, yang selalu digaungkan dengan sebutan dzikir. Menurut KBBI, èling adalah istilah dalam bahasa Jawa yang berarti berpikiran sehat, bijaksana, pantas, dan juga diartikan sebagai ingat kepada Tuhan Yang Maha Esa dalam konteks kepercayaan. Sedangkan waspada adalah selalu awas dan berhati-hati dalam konteks menekankan kesiapan atau ketepatan waktu dalam menghadapi bahaya atau dalam memanfaatkan peluang.

Èling” bukan sekadar ingat akan sesuatu, tapi lebih dari itu kata tersebut adalah kesadaran yang mendalam. Sebagai contoh pada bentuk penerapan dalam keseharian kita, setiap pagi saat bangun, kita selalu mengucap syukur kepada Tuhan yang Maha Esa. Dalam diamnya, selalu ingat bahwa kehidupan adalah anugerah. Tidak ada hari yang kita lewatkan tanpa merenungkan perbuatan, ucapan, dan keputusan yang kita ambil. 

Dalam hidup ini, kita harus selalu èling. Èling untuk menjaga pikiran kita tetap bersih dan sehat. Jangan biarkan amarah atau keserakahan menguasai hati. Èling juga untuk selalu ingat kepada Tuhan, karena Dia yang memberi kita hidup dan rezeki. Kalau kita selalu ingat untuk bersyukur, bijaksana, dan menjaga hubungan dengan Allah, maka hidup kita akan lebih terang dan tenang. Makna “èling” yang sesungguhnya. Kita belajar bahwa hidup bukan hanya soal menjalani hari, tetapi juga soal bagaimana kita selalu ingat untuk berpikir jernih, bertindak dengan bijaksana, dan tidak pernah lupa akan Sang Pencipta.

Menurut guru besar Spiritual di bidang manajemen Qolbu TQN Suryalaya Syekh Ahmad Shohibul Wafa Tajul, kebahagiaan sejati yang abadi bagi manusia dicapai dengan mendekat dan selalu mengingat Allah melalui zikir. Dzikir membuat hati dan jiwa manusia menjadi tenang. Sebaliknya, jika manusia tidak berdzikir, hatinya akan merasa gelisah dan tidak bahagia. Bahkan, jika seseorang tidak menggunakan hatinya untuk mengingat Allah, ia akan merasa cemas, sedih, dan dadanya terasa sesak.

Manusia pasti memiliki kepribadian yang berbeda dan memiliki kesibukan yang berbeda, maka berbeda pula cara mereka mencari ketenangan untuk dirinya sendiri. Banyak diluar sana mereka mencari ketenangan dengan yoga, jalan-jalan alam, mendengarkan musik, meditasi, dan bisa juga menggambar atau melukis. Ada banyak cara yang dilakukan orang untuk mendapatkan ketenangan hati. Namun, tidak ada yang seefektif dan secepat zikir. Allah sendiri menegaskan dalam Q.S. Ar-Ra’d bahwa dzikir adalah satu-satunya cara untuk mencapai ketenangan batin.

Kebersihan jiwa adalah faktor penting dalam mencapai kebahagiaan. Manusia akan merasakan kebahagiaan jika hatinya bersih dari segala kotoran. Oleh karena itu, untuk mencapai kebahagiaan, hati perlu dibersihkan dari berbagai sifat buruk. Sebagaimana firman Allah dalam QS. As-Syamsi (8-9): “Sungguh beruntunglah orang yang membersihkan jiwanya, dan celakalah orang yang mengotorinya.” Salah satu cara paling efektif untuk membersihkan jiwa adalah dengan berzikir kepada Allah. Sebagaimana sabda Rasulullah saw.: “Segala sesuatu ada pembersihnya, dan pembersih hati adalah dzikir kepada Allah.”

Jiwa yang bersih dapat kita tanam dan selalu kita pupuk dengan senantiasa bertaqwa. Taqwa dapat disimpulkan sikap diri yang waspada dan mawas diri dengan sedemikian rupa agar dapat melakukan perintah dan menjauhi larangan-Nya. Mawas diri secara sederhana disebut mengenal diri sendiri dengan jujur yang merupakan bagian dari upaya untuk mengolah keheningan batin yang bertujuan demi kebaikan dan kesejahteraan manusia.

Maka, dalam penerapannya dua kata tersebut harus kita hubungkan dalam setiap kegiatan kita. Lakukan lah kegiatan dengan selalu awas dan waspada dengan selalu bertaqwa kepada Allah, pilahlah kegiatan yang tidak membuatmu bahaya dan melenceng dari agama agar hatimu selalu bersih. Melalui ketaqwaanmu kamu akan mendapat ketenangan batin dengan selalu mempercayakannya pada Allah dengan selalu berdzikir dalam setiap langkahmu.

Bagikan

SISI LAIN LAINNYA