BERSANDING DENGAN ULAMA

BERSANDING DENGAN ULAMA

Santri yang setiap hari hidup di pondok memiliki banyak keuntungan. Kesempatan menyerap ilmu dari Kyai dan Ulama lebih dekat dengan Allah SWT dengan dorongan lingkungan yang mendukung. Bahkan bila beruntung bisa menjadi tangan kanan kyai yang bisa berkhidmah penuh. Sungguh nikmat dunia pesantren begitu melimpah ruah. Sebab, hadirnya momentum seperti ini sulit ditemui kalau sudah keluar dari gerbang pesantren.

Tentang kedekatan seseorang dengan ulama disinggung dalam Kitab Nashoihul Ibad. Salah satu sabda Rasulullah Saw, yang artinya “Hendaklah kalian berkumpul dengan ulama dan patuh pada ucapan hukama’, karena Allah Swt akan menghidupkan jiwa yang mati dengan cahaya hikmah sebagaimana ia menumbuhkan (pepohonan) tanah yang gersang dengan air hujan.” Ditegaskan pula oleh riwayat Ath-Thabrani yang berisi “Hendaklah kalian berkumpul (bergaul) dengan para pemimpin, dan bertanyalah kepada para ulama dan dekatlah kalian dengan para hukama.”

Perumpamaan mendekat dengan ulama’, hukama’ atau minimal orang shaleh sangat banyak. Ibarat yang sering kita dengar diantaranya, bersahabat dengan orang sholeh seperti berkawan dekat dengan pemilik toko minyak wangi. Sekalipun kita tidak mempunyai segudang stok parfum, akan tetapi cukup berkunjung ke tokonya dengan dalih ingin bertemu penjual. Bilamana kita keluar tiba-tiba aroma wangi menempel di tubuh dan pakaian kita.

Perlu pembaca ketahui pula bahwasanya menurut Kitab Nashoihul Ibad ulama dibagi menjadi tiga golongan. Pertama, ulama. Beliau ulama ialah orang yang alim, mempunyai pengetahuan yang luas tentang hukum-hukum Allah Swt dan mereka berhak memberikan petunjuk (nasihat). Nasihat disini bukan sejenis saran yang datangnya dari teman atau kerabat. Melainkan arahan agar langkah kita tidak menyimpang jauh dari garis agama islam.

Kedua, hukama’. Hukama adalah orang-orang yang hanya mengetahui Dzat Allah Swt. Dekat dengan para hukama’ dapat membuat watak seseorang menjadi terdidik, karena dari hati hukama bersinar cahaya makrifat (mengenali Dzat Allah Swt lebih dekat lagi dan rahasia-rahasia yang lain) dan dari jiwa mereka terpantul sinar keagungan Ilahi. MasyaAllah Swt, betapa bahagianya batin dan jiwa ini manakala di samping mereka.

Ketiga, kubara. Kubara yaitu orang yang dianugerahi makrifat terhadap hukum-hukum Allah Swt dan terhadap Dzat Allah Swt. Berkumpul dengan ketiga orang ini dapat mendidik tingkah laku menjadi lebih baik. Hal ini tidak lain karena pengaruh kebiasaan-kebiasaan mereka yang tentunya lebih baik daripada dengan lisan. Jadi, kebiasaan seseorang yang dapat bermanfaat bagimu, tentu akan bermanfaat pula ucapannya bagimu. Begitu juga sebaliknya.

Namun, fenomena sekarang ini menampilkan sebaliknya. Beberapa umat Kanjeng Nabi Muhammad mulai meninggalkan para ulama dan fuqaha’. Hal ini sesuai dengan salah satu sabda beliau Rasulullah. Di dalam sabda tersebut Rasulullah menyebutkan tiga adzab yang Allah Swt turunkan jika peristiwa umat menjauhi ulama. Azab itu adalah dicabutnya berkah dari segala usaha, dijadikan-Nya penguasa yang dzalim kepada mereka dan yang terakhir mereka mati tanpa membawa iman.

Oleh sebab itu, mari muhasabah diri apakah kanan kiri depan belakang kita termasuk orang-orang baik. Benahi lingkar pertemanan, daripada terjerumus dalam lubang dosa bersama kawan. Sebab, sejatinya lingkungan yang baik ialah lingkungan yang mendukung ke arah positif. Daripada usia kita yang sesingkat ini sia-sia, alangkah lebih baik segera mendekat dengan ulama’.

Bagikan

SISI LAIN LAINNYA