Cara Unik Tidak Gampang Baper

Cara Unik Tidak Gampang Baper

Bawa perasaan atau yang sering kita dengar dengan “baper” adalah sebuah perasaan di mana seseorang sangat mudah sekali tersentuh hatinya dengan hal-hal yang bersifat sensitif. Setiap orang pasti mempunyai perasaan terlebih perempuan yang sangat didominasi oleh perasaannya, hal tersebut disebabkan karena adanya perbedaan antara struktur otak antara perempuan dan laki-laki. Laki-laki biasanya cenderung mendahulukan rasional (akalnya) dibandingkan perempuan yang cenderung mendahulukan emosional (perasaannya). Sehingga hati perempuan sangat sensitif dan mudah tersentuh, karena itu baper sering kali ditemui pada perempuan. Hal ini sangat wajar karena memang perasaan halus dan lembut sudah menjadi ciri khas perempuan. 

Baper menjadi tidak baik saat berlebihan dan tidak pada tempatnya. Jika seseorang sudah terjangkit baper akut, apa pun kejadiannya pasti disambungkan dengan perasaan, apa pun akan selalu mendahulukan perasaan dan mengesampingkan logika. Padahal logika juga sangat penting dalam membangun komunikasi yang baik dengan lingkungan sekitar. Sehingga alangkah baiknya ketika melangkah kita tahu situasi dan kondisi di mana dan tempat yang tepat untuk menggunakan perasaan. Jangan sampai setiap persoalan melulu menggunakan perasaan, sesekali bahkan memang harus diimbangi dengan logika. 

Menurut pandangan Islam, kita sebagai seorang muslim dianjurkan untuk tidak mudah baper. Bagaimanapun pikiran setiap manusia itu juga berbeda-beda dalam menilai, ada yang logis, apatis dan bijak ragam ekspresi tersebut sudah sepatutnya disikapi dengan rendah hati, tenang dan tidak tersulut amarah. Hidup akan terlalu melelahkan bila setiap gunjingan, celaan kita balas dengan amarah. Tanpa kita sadari, hal itu justru menyita waktu, pikiran dan hati oleh kejengkelan-kejengkelan yang tidak bermanfaat. Itu sebabnya kita belajar untuk mengelola batin agar tidak mencari-cari perhatian banyak orang atau merespons sesuatu yang tidak ada faedahnya. 

Sebagaimana yang diungkapkan oleh Syekh Thanthawi seorang ulama dari Al-Azhar University, mengenai bagaimana cara kita menyikapi atau memahami manusia yaitu, ingat bahwa kita semua adalah orang biasa dalam pandangan orang-orang yang mengenal kita, kita adalah orang yang menarik bagi mereka yang benar-benar memahami kita, kita istimewa di hadapan orang yang mencintai kita, Sebaliknya, bagi orang yang dipenuhi kedengkian, kita mungkin dianggap menjengkelkan. Dan bagi mereka yang iri serta menyimpan sakit hati, kita mungkin dipandang sebagai sosok yang jahat. 

Berdasarkan cara pandang di atas, tentu kita harus sadar bahwa setiap orang memiliki cara pandang masing-masing. Jadi tidak perlu berlebihan agar tampil baik di mata semua orang. Islam juga mengajarkan berbagai nilai yang dapat membantu seorang muslim dalam mengatasi perasaan baper dan menjaga ketenangan hati, antara lain: 

Taubat dan Doa

Seorang Muslim dianjurkan untuk selalu mengingat Allah, merenungkan dosa-dosanya, dan memohon pengampunan. Doa adalah cara jitu untuk mencari bantuan dari Allah dalam mengatasi sebuah persoalan termasuk baper.

Sabar

Sabar merupakan kunci dalam kehidupan yang sangat ditekankan dalam Islam. Seorang Muslim diajarkan untuk menjalani kehidupan dengan penuh ketabahan dan menerima ujian dan cobaan dengan sabar.

Kontrol Diri

Islam mengajarkan pentingnya kendali diri, terutama dalam menghadapi situasi yang memicu perasaan sensitif. Hal ini mencakup menjaga lisan dari ucapan yang menyakitkan, menahan diri dari tindakan yang menyebabkan kerusuhan, serta memupuk sikap lapang dada

Komunikasi yang Sehat

Dalam Islam, menjaga keharmonisan dalam komunikasi adalah wujud dari akhlak mulia, di mana seseorang diajarkan untuk berbicara dengan penuh pengertian, menghargai pendapat orang lain, serta menjaga keseimbangan emosi.

Belajar dari Pengalaman

Beberapa Istilah mengatakan bahwa “pengalaman adalah guru terbaik kehidupan.” Dalam Islam, setiap pengalaman hidup dianggap sebagai pelajaran. Seorang Muslim diajarkan untuk merenungkan pengalaman dan belajar darinya, bukan hanya merespons dengan emosi.

Bagikan