Penulis:

Dr. KH. M. Sukron Djazilan, S. Ag. M. Pd (Dosen UNUSA)

Di tengah derasnya arus globalisasi dan kemajuan teknologi yang luar biasa, manusia pada zaman modern dituntut untuk terus bergerak maju, menyesuaikan diri dengan berbagai perubahan zaman. Salah satu perubahan yang paling menonjol saat ini adalah kemunculan Artificial Intelligence (AI) yang memiliki kemampuan mirip dengan otak manusia. AI mampu menganalisis, merespons, bahkan memberi solusi dalam hitungan detik. Namun, di balik kemudahan itu, tersimpan potensi bahaya jika manusia hanya mengandalkan kecerdasan buatan tanpa disertai dengan nilai-nilai spiritual dan keagamaan.

Dalam sejarah telah mencatat terdapat sebuah aliran yang mengedepankan akal sebagai sumber utama kebenaran yaitu aliran Mu’tazilah. Kelompok ini sangat menjunjung tinggi akal, bahkan menempatkan wahyu sebagai sesuatu yang harus tunduk pada penalaran akal. Jika wahyu dianggap tidak sejalan dengan akal mereka, maka ditolak atau dimaknai sedemikian rupa. Namun sejarah menunjukkan bahwa pendekatan semacam itu menghadirkan kegoncangan dalam pemahaman keagamaan umat. Muncullah kemudian Ahlus Sunnah wal Jama’ah (Aswaja) yang hadir sebagai penyeimbang dan pelurus. Aswaja tidak menolak akal, tetapi menempatkannya secara seimbang dalam kerangka yang dibimbing oleh wahyu (Al-Qur’an dan Sunnah).

AI bisa menjadi alat bantu yang sangat bermanfaat, termasuk dalam memahami agama. Kita bisa bertanya soal tafsir, fiqh, sejarah Islam, dan lainnya. Namun penting diingat bahwa AI hanyalah alat bantu dan bukan sumber kebenaran mutlak. AI tidak bisa dijadikan satu-satunya referensi dalam memahami agama karena keterbatasannya dalam menangkap makna teks dan hikmah syariah. Maka dibutuhkan penafsiran manusia yang berakal jernih dan berlandaskan ilmu, bukan sekedar menerima mentah-mentah informasi yang didapatkan. Allah Swt. dalam Al-Qur’an sering mengingatkan manusia dengan kalimat أَفَلَا تَعْقِلُوْنَ  (Apakah kalian tidak menggunakan akal?). Ini adalah ajakan untuk berpikir, tetapi tetap dalam batasan iman dan takwa.

Segala bentuk perubahan, baik dalam aspek teknologi, budaya, maupun sosial, harus berlandaskan pada Al-Qur’an. Kitab suci ini telah bertahan lebih dari 1400 tahun, namun ajarannya tetap sesuai hingga akhir zaman. Salah satu contohnya adalah perkembangan dalam hal zakat, dahulu zakat diberikan dalam bentuk hasil pertanian seperti beras, namun kini muncul zakat profesi yang menyesuaikan dengan perubahan zaman. Bahkan muncul suatu diskusi dengan pertanyaan bahwa Apakah zakat bisa disamakan dengan pajak? Pertanyaan ini membutuhkan kajian fiqh yang mendalam, bukan hanya melalui pemikiran yang dangkal.

Perubahan zaman juga menyentuh dunia pendidikan. Ki Hajar Dewantara pernah menggagas Tri Pusat Pendidikan yaitu keluarga, sekolah, dan masyarakat. Tetapi kini telah berkembang menjadi Catur Pusat Pendidikan dengan tambahan media sebagai sumber penting. Media baik digital maupun tradisional telah menjadi sumber pembelajaran bagi banyak orang, meski tidak selalu bisa dijadikan patokan utama. Oleh karena itu, perlu ada literasi digital dan spiritual yang kuat agar informasi yang diterima tidak menyesatkan.

Kita tidak bisa menolak perubahan, namun kita bisa mengiringi dan mengarahkan perubahan itu dengan akidah yang lurus, akhlak yang mulia, dan peradaban yang beradab. Salah satu cara efektif adalah membangun komunitas-komunitas Islami yang aktif berdiskusi, bertukar ilmu, dan saling mengingatkan dalam kebaikan. Diskusi yang tidak hanya mengandalkan logika, tetapi juga menjadikan kekuasaan Allah sebagai tiang kehidupan.

AI hanyalah alat bantu, bukan pemegang kebenaran yang mutlak. Penggunaan akal itu penting, tapi tidak boleh mengalahkan wahyu. Perubahan zaman tak bisa dihindari, tetapi tetap harus berakar pada nilai-nilai Qur’ani. Dengan pendidikan yang kuat, komunitas yang sehat, dan panduan dari wahyu Allah, maka umat Islam akan mampu menghadapi tantangan zaman dan membentuk generasi emas yang mengedepankan nilai-nilai Al-Qur’an, modern dalam ilmu, serta kokoh dalam iman.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *