Pada zaman dahulu, Indonesia dikenal sebagai negara yang menjunjung tinggi tata krama, budi pekerti, serta sopan santun. Kini anggapan itu mulai sirna, karena banyak terjadi kasus-kasus yang melibatkan masyarakat Indonesia, seperti kekerasan seksual, bullying, penganiayaan, dan lain-lain. Fenomena tersebut menandakan bahwa Negara Indonesia saat ini sedang menghadapi degradasi moral.
Degradasi moral adalah munculnya perilaku menyimpang yang bertentangan dengan norma agama dan sosial. Degradasi moral tidak hanya menjadi permasalahan individu, tetapi juga seluruh masyarakat yang membawa dampak serius bagi masa depan Indonesia. Oleh sebab itu, pencegahan degradasi moral perlu kita lakukan, melalui langkah-langkah berikut:
Orang Tua Mengawasi Penggunaan Gadget
Orang tua menjadi faktor yang paling dominan dalam proses pembentukan moral, karena sebagai madrasah pertama bagi anak. Namun peran ini kurang dipahami oleh setiap orang tua. Ada orang tua yang menganggap bahwa pendidikan anak cukup diserahkan kepada guru saat sekolah. Hal ini menjadikan orang tua menyepelekan kewajibannya, seperti pengawasan anak dalam menggunakan gadget.
Pada awalnya, gadget diberikan kepada anak untuk mengalihkan perhatian. Semakin lama anak merasa kecanduan. Jika dibiarkan, maka akan membawa dampak yang sangat membahayakan. Diantara dampak yang ditimbulkan ialah anak lebih bersikap individualis dan memengaruhi pertumbuhan otak. Pengawasan dapat dilakukan dengan cara memberikan batasan waktu, memantau aktivitas anak dalam gadget, serta memastikan konten yang diakses itu sesuai usia.
Orang Tua Mengajarkan Kebaikan
Mengajarkan kebaikan hendaknya dimulai sejak anak masih usia dini, agar ketika dewasa ia dapat menebarkan kebaikan kepada masyarakat, umat, dan negara. Orang tua dapat meneladani sosok Nabi Muhammad dalam mengajarkan kebaikan. Beliau memperlakukan anak tidak seperti orang dewasa. Nabi Muhammad tidak pernah memarahi anak, meskipun si anak melakukan kesalahan.
Di samping itu, orang tua juga perlu mengingat bahwa anak adalah peniru yang ulung. Ia cenderung suka meniru sikap dan perilaku orang tua, dibandingkan mendengar nasehatnya. Keadaan ini mengharuskan orang tua tidak hanya mengajarkan kebaikan melalui retorika, tetapi juga amaliah. Misalnya jika orang tua ingin anaknya ahli sedekah, maka orang tua memberikan contoh rutin bersedekah.
Mendoakan
Do’a orang tua menjadi kekuatan terbesar bagi kehidupan setiap anak. Terdapat sebuah cerita tentang dahsyatnya do’a ibu yang dirasakan oleh Imam Bukhari. Ketika Imam Bukhari masih kecil, tiba-tiba beliau mengalami kebutaan. Imam Bukhari tidak mampu melihat benda-benda yang ada di dunia sedikit pun. Kejadian ini membuat ibu dari Imam Bukhari sangat sedih. Sepanjang hari, sang ibu tak berhenti berdo’a untuk kesembuhan anaknya.
Pada suatu malam, ibu Imam Bukhari bermimpi ditemui oleh Nabi Ibrahim. Nabi Ibrahim berkata, ‘’Anakmu sekarang telah sembuh. Penglihatan kembali normal. Kesembuhan ini disebabkan banyaknya do’a yang engkau panjatkan kepada Allah.’’ Ketika terbangun, sang ibu menyaksikan keajaiban, Imam Bukhari bisa melihat lagi.
Dari cerita tersebut, kita dapat memetik benang merah, sudah seyogyanya orang tua selalu berdo’a untuk anak-anak. Salah satu doanya, yakni:
رَبَّنَآ اَتْمِمْ لَنَا نُوْرَنَا وَاغْفِرْ لَنَاۚ اِنَّكَ عَلٰى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ
Artinya: Ya Tuhan kami, sempurnakanlah untuk kami cahaya kami dan ampunilah kami. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu.
Ketiga upaya di atas perlu dijalankan secara konsisten, agar degradasi moral tidak terjadi pada anak-anak. Semoga anak-anak Indonesia dapat menerapkan nilai-nilai moral yang diajarkan oleh para pendahulu.