Memiliki keluarga yang harmonis merupakan dambaan bagi setiap pasangan yang membina rumah tangga. Kehidupan yang penuh ketentraman dan saling support merupakan fondasi utama dari keharmonisan tersebut. Namun, untuk mencapainya tidak selalu mudah, sebab perjalanan menuju keluarga yang harmonis membutuhkan upaya, komitmen, dan pemahaman yang mendalam dari semua pihak. Setiap keluarga pasti memiliki tantangan tersendiri, meski begitu impian akan keluarga yang harmonis dapat terwujud asalkan pasangan suami istri bersedia bekerja sama dan saling mendukung. Dalam sebuah rumah tangga, orang tua memiliki peran yang tak kalah penting untuk menciptakan keseimbangan dalam berbagai aspek kehidupan.
Baik Ayah maupun ibu memainkan peran yang saling melengkapi. Dalam struktur sebuah keluarga, peran ayah sering kali diposisikan dengan tanggung jawab untuk memberikan nafkah dan menjaga kestabilan ekonomi. Namun, peran ayah tidak berhenti disitu saja. peran ayah jauh lebih kompleks dan mendalam daripada sekadar menjadi pencari nafkah. Dalam sebuah rumah tangga, ayah adalah pilar kekuatan yang menopang keluarga dengan kasih sayang, kebijaksanaan, dan keterlibatan emosional yang kuat.
Tugas ayah untuk mencari nafkah bukanlah tugas yang mudah. Hal ini tertuang dalam menyatakan, “Dan kewajiban ayah memberi makan dan pakaian kepada para ibu dengan cara yang ma’ruf.” Dalam Jami’ al-Bayan fi Ta’wil al-Qur’an, ayat tersebut ditafsirkan bahwa seorang ayah harus memberikan pakaian yang baik serta makanan yang mengenyangkan perut ibu. Oleh karena itu, tugas mencari nafkah tidak dapat disepelekan, mengingat besarnya tanggung jawab yang harus dipenuhi sang ayah kepada istri dan anak-anaknya. Meskipun ayah lebih sering berada di luar rumah untuk mencari nafkah, namun ayah juga memiliki kontribusi dan peran penting dalam membina dan mendidik anak-anaknya. Selain itu, ayah juga bertanggung jawab dalam melindungi keluarganya secara fisik maupun non fisik serta memberikan kenyamanan. Prinsip ini banyak dilupakan atau mungkin tidak diketahui oleh masyarakat.
Sebagaimana dalam Zubdatut Tafsir min Fathil Qadir diceritakan Nabi Nuh, yang ingin menyelamatkan anaknya dari bencana banjir dengan menyuruhnya untuk naik ke kapal Nabi Nuh dan tidak pergi ke gunung bersama kaumnya. Pesan sebenarnya dari kisah tersebut adalah Nabi Nuh sebagai seorang ayah ingin menyelamatkan anaknya agar tidak terjerumus dalam pengaruh orang-orang kafir yang dapat menyebabkan dirinya semakin jauh (tenggelam) dari agama Allah Swt. Setelah mengetahui beberapa penafsiran di atas, dapat diketahui bahwa peran penting ayah terhadap pengasuhan anak antara lain:
- Sebagai Sumber Panutan
Ayah merupakan sosok peletak dasar keteladanan dalam berbagai hal yang memiliki makna kebaikan. Maka, harus diingat bahwa ayah adalah peletak dasar yang diperkuat oleh ibu.
- Mengajar dengan Penuh Kasih Sayang
Seorang anak sangat memerlukan kasih sayang seorang ayah dalam upaya mengembangkan kepribadian positifnya. Jika hubungan keluarga tidak harmonis, maka seorang anak bisa jadi akan tumbuh dengan karakter yang tidak baik.
- Memberikan Nasehat dengan Lembut dan Kasih Sayang
Ketika memberikan nasihat, sebaiknya dimulai dengan kiasan dan menyampaikannya dengan lembut dan kasih sayang. Hindari memberikan nasihat dengan suara yang lantang dan terang-terangan kepada anak.
- Sebagai Motivator
Ayah memiliki peran sebagai motivator yang dibutuhkan oleh anak-anaknya. Sebab motivasi dan dukungan ayah mampu mempengaruhi kehidupan mental anak sehingga anak lebih kuat dalam menghadapi rintangan yang akan muncul.
- Menyesuaikan Kemampuan Komunikasi Anak
Ayah harus mampu berkomunikasi dengan anaknya sesuai dengan kemampuan dan usia anaknya. Sebab hal tersebut membantu anak untuk memperjelas dan mengurangi beban serta dapat mengambil tindakan untuk mengubah situasi yang ada, sehingga komunikasi antara anak dan ayah bisa berjalan efektif.