Sebagai manusia yang juga berperan sebagai kholifatullah di bumi, kita mendapat titah dari-Nya untuk senantiasa menegakkan istiqomah. Selain memperkuat iman, panji-panji tauhid pun seharusnya kita latih. Sebab, kesempurnaan iman yang dilengkapi dengan istiqomah ibarat pohon yang tumbuh subur dengan akar nan kokoh dan kuat. Apabila pohon iman sudah berbuah, kenikmatan yang akan manusia peroleh diantaranya: mengikuti ajaran Nabi Muhammad Saw., tunduk atas hukum syar’i yang diturunkan Allah, memberi jejak (atsar) kemuliaan dan keutamaan di hadapan Tuhan, dsb.
Namun untuk sampai pada masa memetik buah iman dibutuhkan usaha ekstra. Memaksa diri melawan rasa malas serta memilah tegas waktu istirahat dan aktivitas. Pada saat prakteknya pun kita dihadapkan tantangan yang terjal. Godaan itu tidak sepenuhnya karena tipu muslihat setan, terkadang kebiasaan kita yang suka menunda waktu sehingga keterusan lalu menjadi kebiasaan. Maka, jangan terlalu sering menyalahkan lingkungan ataupun setan atas kesalahan kita.
Istiqomah yang tumbuh dalam sanubari terbentuk pada berbagai unsur seperti: aqidah, perangai (akhlak), perbuatan, dan suluk. Keseluruhan ragam istiqomah tadi sudah meraup nilai-nilai ibadah dan mu’amalah. Meskipun demikian, penulis akan menerangkan satu persatu, mengingat salah satu hadits nabi yang berbunyi:” الاستِقَامَةُ خَيْرٌ مِنْ أَلفِ كَرَمَة ” artinya: istiqomah lebih baik daripada seribu karomah.
Pertama: istiqomah beraqidah. Aqidah (kepercayaan) adalah sesuatu yang fundamental atau mendasar dalam islam. Keyakinan seseorang pada apa yang dianutnya harus dibangun sejak dini. Oleh sebab itu, anak kecil sudah dibiasakan mengaji, menghafal malaikat Allah, nama-nama nabi, asmaul husna, dll dengan maksud untuk mengenal islam dan menanamkan karakter baik. Sedangkan bagi seseorang yang baru memeluk islam di usia dewasa atau senja, cara melatih istiqomah beraqidah dengan mencari guru yang bersedia menuntunnya supaya tidak bertaqlid buta. Karena mencari kebenaran termasuk petunjuk dalam al-qur’an perlu sosok guru.
Kedua: istiqomah berperangai. Berbicara perangai, Rasulullah dan para sahabatnya telah memberi banyak contoh yang bisa kita teladani. Semua perangai Rasulullah adalah baik dan pantas ditiru, seperti suka menolong, adil, bijaksana. Kita juga bisa meniru perangai sahabat Abu Bakae ra. salah satu sifat yang menonjol di kepribadian Abu Bakar ialah jujur. Bahkan beliau diberi gelar ash-shiddiq oleh Nabi Muhammad karena membenarkan perkataan Rasulullah disaat kebanyakan orang menentangnya.
Ketiga: Istiqomah dalam perbuatan. Maknanya, bertindak sewajarnya serta tau batasan antara baik dan salah. Disisi lain tidak teledor pada satu urusan. Contoh; bekerja adalah suatu kewajiban, tetapi waktu 24 jam jangan digunakan keseluruhannya untuk bekerja. Perbuatan itu terlalu mengejar perkara duniawi. Padahal kehidupan kita di dunia juga perlu mempersiapkan bekal akhirat kelak.
Keempat: istiqomah dalam suluk. Suluk berarti memperbaiki akhlak, mensucikan amal, dan menjernihkan pengetahuan. Istiqomah dalam suluk disini artinya, rutin dalam satu ibadah tertentu. Misal dzikir selepas sholat, atau membiasakan sholat wajib dengan berjamaah. Masih banyak lagi hal yang dilakukan rutin selain kedua contoh yang disebutkan penulis. Apabila tidak bisa istiqomah dalam ke-empat unsur di atas, sebaiknya kita coba untuk rutin dalam satu kebaikan entah apapun itu. Barangkali lewat istiqomah dalam satu kebaikan bisa menarik kebiasaan berbuat baik lainnya, Amin