Allah Swt menganjurkan umatnya, untuk melanggengkan rasa istiqomah. Sekecil apapun suatu amalan ibadah, dengan adanya siklus yang istiqomah akan bernilai besar, ketimbang amalan yang berat namun tidak ditemukan keistiqomahan dalam pelaksanaanya. Istiqomah sendiri, dalam pandangan para alim ulama, Ibnu Rajab Al Hambali, beliau mendefinisikan istiqomah sebagai sebuah upaya meniti jalan yang lurus, yaitu agama yang lurus, dengan tanpa membelok ke kanan atau ke kiri. Namun, pada hakikatnya yang disebut dengan istiqomah adalah perasaan teguh dan konsisten untuk melakukan perbuatan baik yang sesuai dengan kaidah dalam agama islam. Dengan demikian, adanya suatu sikap istiqomah menjadi suatu hal yang pokok dalam kehidupan beragama. Selalu menjalankan istiqomah dalam kebaikan, juga merupakan amalan tersendiri yang dapat dilakukan oleh umat muslim. Hal ini, sejalan dengan firman Allah Swt pada Surah Yunus ayat 27, yang berbunyi:
وَالَّذِيْنَ كَسَبُوا السَّيِّاٰتِ جَزَاۤءُ سَيِّئَةٍ ۢبِمِثْلِهَاۙ وَتَرْهَقُهُمْ ذِلَّةٌ ۗمَا لَهُمْ مِّنَ اللّٰهِ مِنْ عَاصِمٍۚ كَاَنَّمَآ اُغْشِيَتْ وُجُوْهُهُمْ قِطَعًا مِّنَ الَّيْلِ مُظْلِمًاۗ اُولٰۤىِٕكَ اَصْحٰبُ النَّارِ ۚهُمْ فِيْهَا خٰلِدُوْنَ
Artinya: “Adapun orang-orang yang berbuat kejahatan (akan mendapat) balasan kejahatan yang setimpal dan mereka diselubungi kehinaan. Tidak ada bagi mereka seorang pelindung pun dari (azab) Allah Swt , seakan-akan wajah mereka ditutupi dengan kepingan-kepingan malam yang gelap gulita. Mereka itulah penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya.”
Lalu, bagaimanakah istiqomah dalam kebaikan itu? Orang yang beristiqomah dalam berbuat kebaikan adalah orang yang senantiasa berusaha untuk meningkatkan diri untuk selalu berbuat kebaikan. Tidak peduli ketika suasana hatinya buruk atau sedang bahagia, ia akan selalu menebar kebaikan. Melakukan kebaikanpada saat suasana hati sedang bahagia, memang mudah. Namun alangkah terpujinya seseorang yang dalam kesulitan, tetapi tetap menebar kebaikan.Orang yang memiliki sifat seperti ini, nantinya di surga akan mendapat kenikmatan tambahan, berupa dapat bertemu Allah Swt SWT. Mereka ini disebut sebagai golongan Akhsanul Husna. Yaitu adalah sekelompok orang yang berbuat baik, dan berusaha meningkatkan kebaikan hatinya. Orang yang berusaha untuk menjaga tali silaturahmi bahkan kepada orang yang dengan sengaja memutuskan tali silaturahmi. Orang yang seperti ini , akan tampak ciri kesalahan dalam dirinya.
Namun, perlu disadari bahwa hidup sebenarnya adalah sebuah proses belajar. Belajar untuk menata hati, belajar untuk ikhlas dan sabar. Serta belajar untuk selalu menebar kebaikan dalam setiap langkah. Baik ketika sedih maupun senang. Kepada orang yang bersikap baik, juga kepada orang yang bersikap buruk kepada kita. Di titik itulah, manusia menemui ujian untuk hatinya. Tentu saja, bukanlah hal yang mudah untuk bersikap baik kepada seseorang yang enggan bersikap baik kepada kita. Namun, islam dan segala rahmat-Nya, mengajarkan umat muslim, untuk saling menyayangi dan menghindari sifat balas-membalas dendam.
Ada sebuah kisah menarik, dari Bapak Presiden RI yang keempat, Bapak Abdurrahman Wahid, atau yang kerap disapa sebagai Gus Dur. Beliau ini, seringkali dibohongi oleh seseorang yang rupanya telah membenci Gus Dur. Seorang santri beliau yang mengetahui adanya hal ini, dengan rasa penasaran tinggi kemudian bertanya pada Gus Dur, perihal si pria yang suka bohong tersebut. Namun, dengan segala kerendahan hati, beliau menjawab “opo hubungane, atiku ambek kelakuan e wong?” santri itu, masih bingung. Padahal bagaimanapun juga, Gus Dur telah banyak dibohongi oleh pria tersebut. “Orang yang berbuat buruk itu adalah urusannya dia sendiri. Tidak ada, hubungannya denganku.” Gus Dur, memang lah rendah hati, dang gemar menebar kebaikan.
Istiqomah memang tidak mudah. Namun, dengan beristiqomah, seseorang akan menjadi pribadi yang lebih bertakwa kepada Allah Swt. Dengan senantiasa mengingat kebesaran Allah Swt , Menghayati dalam setiap asma Allah Swt yang agung serta mempelajari cerita kesalehan umat terdahulu niscaya dapat memupuk rasa istiqomah dalam sehari-hari. Untuk kemudian dapat mencapai kenikmatan dalam beristiqomah dan senantiasa melakukan kebaikan.