HILANGNYA KEKUATAN KARENA PERSELISIHAN

HILANGNYA KEKUATAN KARENA PERSELISIHAN

Rukun merupakan kunci dari mengayomi agama. Karena untuk mengayomi atau mengurusi agama, pintar saja tidaklah cukup, maka harus diimbangi dengan rasa persatuan dan kesatuan. Begitupun ketika mengurusi negara. Kalau tidak bersatu, maka tidak akan memiliki kekuatan. Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT, Q.S Al Anfal ayat 46;

وَأَطِيعُوا۟ ٱللَّهَ وَرَسُولَهُۥ وَلَا تَنَٰزَعُوا۟ فَتَفْشَلُوا۟ وَتَذْهَبَ رِيحُكُمْ ۖ وَٱصْبِرُوٓا۟ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ مَعَ ٱلصَّٰبِرِينَ

Artinya: ‘’Dan taatilah Allah dan RasulNya dan janganlah kamu berselisih, yang menyebabkan kamu menjadi gentar dan kekuatanmu hilang dan bersabarlah, sesungguhnya Allah bersama dengan orang-orang yang sabar.’’

Diceritakan dari kejadian nyata. Di Trenggalek ada sebuah pondok. Pemilik pondok tersebut memiliki anak-anak yang bisa dikategorikan anak-anak yang pintar dalam bidang ilmu agama. Namun, saat kedua orangtuanya meninggal dunia, anak-anak mereka memperebutkan pondok sampai rela memfitnah saudaranya sendiri. Bahkan anak yang terakhir sampai menjadi gila karena difitnah oleh kakaknya sendiri. Karena gila, maka adiknya pun dikurung, dan siapapun yang berani merawatnya, mereka akan diancam. Sehingga pondok tersebut pun kehilangan semua santri. Dari cerita ini dapat diambil hikmah serta pelajaran berharga, bahwa apabila kita tidak berdamai dengan orang lain, maka kita tidak akan diberi kekuatan oleh Allah SWT dan semuanya akan musnah.

Lantas, bagaimana agar kekuatan dari kerukunan itu tetap ada? Jawabannya yaitu;

وَٱصْبِرُوٓا۟ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ مَعَ ٱلصَّٰبِرِينَ

Kita harus bersabar, karena Allah selalu bersama dengan orang-orang yang sabar. Jadi, kalau merawat perjuangan Islam, kuncinya tidak hanya pintar, tapi juga harus sabar agar persatuan dan kesatuannya tetap kuat. Dengan hal itu, maka kekuatan akan selalu ada, dan persatuan dan kesatuan pun akan selalu ada.

Pesan untuk kita semua, khususnya untuk para santri, mari berusaha untuk tidak melanggar peraturan yang ada dipondok, taati peraturan dengan penuh tanggungjawab. Berusaha taat, dan bersikap tegas akan tanggungjawab itu juga merupakan bentuk lain dari sikap sabar. Orang sabar bukanlah sabarnya orang-orang yang ‘’sak karepe dewe’’, orang sabar yaitu orang yang teguh memegang komitmen, orang yang benar-benar menjunjung tinggi komitmen.

Menurut Imam Al-Ghazali, sabar ada empat macam;

  1. Sabar menjalankan ketaatan.
  2. Sabar menjauhi maksiat.
  3. Sabar menghadapi ujian, atau takdir Allah.
  4. Sabar menghadapi perbedaan pendapat.

Berkaitan dengan nomor 4, yaitu sabar menghadapi perbedaan pendapat. Dalam hal ini bisa dicontohkan apabila orang lain memiliki pendapat yang berbeda dengan pendapat kita, maka kita tidak perlu marah-marah. Hal itu wajar. Maka kita harus sabar dan belajar untuk menghargai perbedaan pendapat serta menghargai perbedaan karakter orang lain. Hidup akan menjadi indah, damai, dan penuh dengan kekuatan yang positif kalau kita pandai menghargai orag lain.

Semoga kita semua senantiasa diberikan kesabaran oleh Allah SWT, aamiin.

Bagikan

NGAJI PANGURIPAN LAINNYA

NGAJI PANGURIPAN LAINNYA