TEGUH HATI DALAM PENDIRIAN

TEGUH HATI DALAM PENDIRIAN

Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an surah Hud ayat 112:

فَاسْتَقِمْ كَمَآ اُمِرْتَ وَمَنْ تَابَ مَعَكَ وَلَا تَطْغَوْاۗ اِنَّهٗ بِمَا تَعْمَلُوْنَ بَصِيْرٌ

Artinya: “Maka tetaplah teguh kamu pada pendirian di jalan yang benar sebagaimana diperintahkan kepadamu dan janganlah kamu melampaui batas. Sesungguhnya Dia Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.”

Berkaitan dengan ayat diatas, dikisahkan ada seseorang bernama Jaha dan anaknya yang sedang berada di ujung sebuah perjalanan. Ketika si Jaha menyuruh untuk melakukan sesuatu, anaknya membantah sambil mengatakan, “kalau manusia mengetahui, apa yang akan mereka katakan kepada kita?”. Mendengar perkataan anaknya, si Jaha kemudian memberikan sebuah pelajaran kepada anaknya dengan menyuruhnya mengikuti apa yang Ia katakan supaya anaknya tidak terus menerus beramal karena pujian orang lain sebab Ia tahu bahwa pujian manusia memiliki ujung yang tidak bertepi.

Pelajaran dimulai saat si Jaha menunggangi seekor keledai dan menyuruh anaknya berjalan dibelakang untuk mengikutinya. Setelah beberapa langkah, mereka melewati sekelompok wanita. Wanita-wanita tersebut berteriak kepada si Jeha, “Hai laki-laki bodoh, apakah hatimu tidak berperasaan? Kamu menunggang keledai sementara anakmu yang masih kecil berjalan di belakang disuruh mengikutimu?”. Si Jaha kemudian turun dari keledainya dan menyuruh anaknya menunggangi keledai. Tidak lama kemudian, mereka melewati sekelompok kakek-kakek yang sedang duduk sambil menjemur punggungnya di terik matahari pagi. Salah seorang di antara kakek-kakek tersebut menepukkan tangannya dan meminta kawan-kawannya untuk melihat lak-laki bodoh (Jaha) yang sedang berjalan kaki sementara anaknya dengan tenang menunggang keledai. Kakek-kakek tersebut pun berkata, “Hai laki-laki bodoh, kamu mau-maunya berjalan kaki padahal umurmu lebih tua sementara anakmu yang masih kuat menunggangi keledai. Bukankah kamu mau mengajarkan tatakrama dan kesopanan kepada anakmu itu?”

Si Jaha berkata kepada anaknya. “Apakah engkau mendengar apa yang mereka katakana? Sudahlah kita tunggangi saja keledai ini bersama-sama”. Keduanya pun menunggangi keledai kecil hingga sampailah disegerombolan laki-laki yang menamakan dirinya sebagai organisasi pembeli hak-hak binatang. Mereka berkata, “Hai orang tak tahu hak asasi binatang, apa kalian tidak kasihan dengan binatang kurus yang kalian tunggangi itu?”. Mendengar perkataan para lelaki tersebut, si Jaha dan anaknya pun turun dan berjalan kaki supaya tidak ada lagi yang mengejek mereka.

Tapi tak sampai itu saja, tatkala si Jaha dan anaknya berjalan kaki dan membiarkan keledai mereka berjalan di depan mereka, mereka melewati segerombolan orang-orang yang suka mengolok dan melucon. Mereka berkata kepada si Jaha dan anaknya, “Wah bodoh sekali kalian itu, keledai itu kan untuk ditunggangi, tapi malah mereka malah membiarkannya.” Si Jaha terpengaruh dengan perkataan mereka, maka Ia dan anaknya menghampiri sebuah pohon yang berada di pinggir jalan. Lalu Ia mengambil sebuah sebuah dahan yang besar, kemudian Ia mengikat keledai tersebut di atas dahan itu dan mereka menggotongnya. Baru sampai beberapa langkah, orang-orang tertawa melihat apa yang Jaha dan anaknya perbuat. Tiba-tiba ada seorang petugas keamanan menghampiri dan menangkap Jaha dan anaknya serta membawa mereka ke rumah sakit jiwa.

Sesampainya di rumah sakit jiwa, si Jaha menjelaskan kesimpulan dari apa yang mereka alami. Ia berkata, “Hai anakku, ini adalah akibat yang akan diterima oleh orang yang selalu mendengar ocehan orang lain dan beramal untuk mencari sanjungan manusia.”

Dari kisah di atas, kita diajarkan untuk bisa memiliki pendirian yang teguh, tidak mudah terombang ambing dengan ucapan manusia asalkan kita berada di jalan yang benar dan diridhoi oleh Allah SWT. Berikut merupakan cara agar hati kita senantiasa teguh dalam pendirian:

  1. Paham bahwa kita hidup selalu ada tantangan. Karena tanpa tantangan, hidup manusia tidak akan memiliki banyak makna.
  2. Mensyukuri apapun yang Allah berikan kepada kita.

Memohon kepada Allah untuk senantiasa meneguhkan hati kita. Karena tanpa pertolongan-Nya, kita tidak bisa melakukan apapun.

Bagikan

NGAJI PANGURIPAN LAINNYA

NGAJI PANGURIPAN LAINNYA