Pada zaman kerajaan Iskandar Zulkarnain, ada nabi bernama Hanzalah bin Shafwan, yang diturunkan ditengah-tengah kaum Raas, bani Isroil yang menjadi penyembah berhala. Nama kaum ini diabadikan di dalam Al-Qur’an surah Al-Furqan ayat 38. Pada zaman tersebut terdapat burung yang sangat besar dan hidup di gunung dekat suku Raas tinggal, gunung tersebut bernama gunung Falaj, konon katanya, bentangan sayapnya dapat menutupi sinar matahari, lehernya seperti leher unta, memiliki 4 sayap, dua pendek dan dua lainnya panjang, bulu-bulunya berwarna-warni, burung tersebut bernama burung Anqa’. Sayangnya, burung ini termasuk kedalam golongan karnivora (pemakan daging), sehingga tak tanggung-tanggung semua hewan besar bahkan manusia pun menjadi salah satu menu makanan burung ini.
Saat burung-burung ini menetas, banyak manusia baik dari bayi maupun dewasa menjadi mangsanya. Tidak hanya burung dewasa, burung-burung yang baru menetas juga tidak ingin tertinggal kesempatan untuk memangsa para warga Raas. Akhirnya, kaum Raas mengadu kepada nabi Hanzalah AS atas kejadian tersebut. Nabi berdoa: “Ya Allah, matikanlah binatang tersebut dan putuskan keturunannya” Alhasil, seekor demi seekor burung Anqa’ berjatuhan dari angkasa dan terbakar, hingga tidak ada lagi burung Anqa’ yang tersisa di dunia. Pada referensi lain menyebutkan bahwa bentuk dari burung ini mirip dengan burung Phoenix pada mitodologi dunia.
Dalam kitab Bada’id Dzuhur Wa ‘Aqaid Dhuhur, karya Syeikh Muhammad bin Ahmad Al-Hanafi pada halaman 75 menjelaskan sebagai berikut:
Imam As-Suddi mengatakan bahwa Ashabur Raas (kaum Raas) adalah sisa-sisa kaum Tsamud, yaitu para oemilik sumur rusak dan istana yang dibangun, keduanya disebutkan oleh Allah swt di dalam Al-Qur’anul ‘Adzim. As-Suddi mengatakan bahwa sumur yang rusak itu terletak di daerah ‘Adn. Penduduk kota tersebut mengambil air dari sana pada siang dan malam hari. Diatasnya terdapat 70 kerekan dan 70 timba dengan 70 orang laki-laki yang mewakilinya. Disisinya terdapat banyak sumur untuk memberi minum bagi mereka yang kehausan.
Ketika sisa-sisa kaum Tsamud menyembah berhala, Allah swt mengutus seorang nabi kepada mereka, ialah Nabi Hanzalah AS, namun mereka tak mengindahkannya, malah membunuh dan melemparkan nabi Hanzalah AS ke dalam sumur, ketika ia mengajak kaum Raas kembali kepada jalan yang benar. Ajaibnya, air sumur yang menjadi tempat pelemparan nabi Hanzalah AS langsung mongering dan kaum Raas meninggal satu persatu karena kehausan.
Allah swt menyebut sumur tersebut dengan nama Al-Bi’rul Mu’atalah, yang berarti sumur yang rusak. Didalam tafsir Ibnu Katsir menyatakan bahwa hanya 1 budak berkulit hitam yang mau beriman kepada Allah swt dan mengimani nabi Hanzalah AS. Di dalam tafsir ini diceritakan bahwasanya Nabi Hanzalah dilemparkan kedalam sumur dan pintu sumur ditutup dengan batu besar, dengan harapan agar ia mati secara perlahan. Budak yang melihat kejadian tersebyt hanya bisa menolong nabi Hanzalah dengan cara memberinya makan, kemudian menutup kembali sumur tersebut.
Perbuatan memberi makan nabi Hanzalah ini ia lakukan setiap setelah mencari kayu bakar. Pada suatu ketika ia merasakan lelah dan mengantuk, sehingga ia pun merebahkan diri untuk melepas lelah. Ternyata setelah ia bangun, ia sudah tertidur selama 7 tahun lamanya, sehingga ia tak lagi sempat untuk memberi makan nabi Hanzalah AS. Ketika ia hendak pergi menemui nabi Hanzalah, ia tak menemukannya di dalam sumur, dan sebelumnya telah terjadi sebuah peristiwa yang menimpa penduduk Raas, dan sisan penduduk tersebutlah yang mengeluarkan nabi Hanzalah AS dari sumur. Demikian kisah dari salah satu nabi yang jarang kita dengar namanya, semoga kita dapat mengambil hikmah dari cerita nabi Hanzalah AS diatas. Aamiin.