Suatu hari sahabat Nua’iman diajak sahabat Abu Bakar Ash-Shiddiq untuk pergi ke negara Syam (negara peradaban yang sangat maju kala itu), dengan tujuan untuk berdagang. Mereka ke negeri Syam berangkat tidak berdua, melainkan dengan para sahabat nabi lainnya. Salah satunya yakni sahabat Suwaibith.
Namun ketika hari menjelang siang, Nu’aiman mulai merasa lapar dan akhirnya Nu’aiman menghampiri Suwaibith yang sedang bertugas menjaga dagangan makanan roti. Akan tetapi dengan sikap penuh amanahnya yang dimiliki Suwaibith, ia menolak permintaan Nu’aiman tersebut dan tidak memberinya sepotong roti kepadanya.
Hingga Nu’aiman berkata kepada Suwaibith “kalo kamu memang tidak mau memberiku sepotong roti, itu artinya kamu setuju bila aku berbuat ulah kepadamu”.
Akhirnya pun Nu’aiman pergi jalan-jalan keliling pasar dan mencari tempat para penjualan hamba sahaya atau budak (zaman nabi dahulu hamba sahaya atau budak diperjual belikan untuk tenaga kerja). Dan ketika Nu’aiman sudah menemui tempat penjualan hamba saya tadi, kemudian Nu’aiman berkata kepada orang-orang di sana bahwa ia memiliki hamba saya dengan harga jual yang sangat murah ketimbang harga hamba sahaya lainnya. Nu’aiman juga menyebutkan pula, bahwa kekurangan yang dimiliki hamba sahaya-nya hanya suka berteriak bahwa ia telah merdeka dan bukan hamba saya. Orang-orang di sana pun tertarik dengan tawaran Nu’aiman tersebut, dan akhirnya ia mengajak orang-orang tersebut untuk mengahadap ke Suwaibith.
“Itu dia, orang yang tengah berdiri menjadi dagangan, itu hamba sahaya saya” ucap Nu’aiman kepada orang-orang yang hendak membeli Suwaibith. Tanpa pikir panjang, akhirnya mereka memberi uang kepada Nu’aiman lalu menghampiri Suwaibith untuk ditangkap dan dibawa pergi dari situ.
Suwaibith pun sontak terkejut dan lantas berkata, “Saya ini bukan hamba sahaya, saya ini orang yang merdeka, saya ini bukan hamba sahaya, saya ini orang yang merdeka, saya ini bukan hamba sahaya, saya ini orang yang merdeka”. Namun perkataan Suwaibith tersebut tidak berpengaruh kepada orang-orang yang menangkapnya, karena mereka sudah tahu kekurangannya Suwaibith begitu, sebab sebelumnya telah diberi tahu oleh Nu’aiman.
Selang berapa waktu, Abu Bakar Ash-Shiddiq pun kembali karena merasa lapar dan mencari-cari Suwaibith dan bertanya-tanya kepada sahabat lainnya. “Sudah saya jual, wahai Abu Bakar,” jawab Nu’aiman atas pertanyaan Abu Bakar Ash-Shiddiq. Nu’aiman pun menceritakan dengan jujur kepada Abu Bakar tentang apa yang terjadi terhadap Suwaibith dan dirinya. Dan akhirnya Suwaibith kembali, karena telah ditebus oleh Abu Bakar Ash-Shiddiq dari orang-orang Syam yang membeli Suwaibith tadi. Kemudian sampailah kisah ini ke telinga Rasulullah Saw. Dan kisah ini pula yang membuat Rasulullah Saw tertawa hingga terlihat gigi gerahamnya di depan para sahabat. Perawi hadits mengatakan, bahkan setelah kejadian Nu’aiman dan Suwaibith satu tahun berlalu, Rasulullah Saw pun selalu menceritakan kisah Nu’aiman dan Suwaibith ini kepada para tamu beliau.