Penulis:
Dr. KH. M. Sukron Djazilan, S. Ag. M. Pd (Dosen UNUSA)
Haji merupakan salah satu panggilan suci dari Allah Swt yang dinantikan seluruh umat Islam di berbagai belahan dunia. Setiap tahunnya, umat Islam dari berbagai penjuru dunia berbondong-bondong mendatangi tanah suci untuk menyempurnakan rukun Islam. Ibadah ini menjadi momen paling berharga yang disambut dengan penuh rasa syukur. Akan tetapi, perjalanan menuju panggilan suci ini bukan hanya melibatkan persiapan fisik, namun disertai dengan persiapan jiwa, hati, dan spiritual untuk menghadap Allah dengan rasa ikhlas dan takwa yang penuh.
Panggilan suci untuk melaksanakan ibadah haji adalah seruan Allah yang ditujukan kepada setiap Muslim yang mampu. Sebagaimana dalam firman Allah surah Al-Hajj ayat 27:
وَاَذِّنْ فِى النَّاسِ بِالْحَجِّ يَأْتُوْكَ رِجَالًا وَّعَلٰى كُلِّ ضَامِرٍ يَّأْتِيْنَ مِنْ كُلِّ فَجٍّ عَمِيْقٍ ۙ
“(Wahai Ibrahim, serulah manusia untuk (mengerjakan) haji, niscaya mereka akan datang kepadamu dengan berjalan kaki dan mengendarai unta kurus yang datang dari segenap penjuru yang jauh.”
Menurut Tafsir Al-Maraghi, ayat tersebut menjelaskan bahwa mereka yang menerima panggilan suci dari Allah Swt, akan datang dari berbagai penjuru dunia, baik berjalan kaki maupun menggunakan kendaraan, meski menghadapi berbagai tantangan. Sebagaimana Nabi Ibrahim As, yang melakukan perjalanan menuju baitullah sebagai bentuk ketaatan yang diberikan ganjaran pahala besar. Oleh karena itu, seruan Ilahi ini berlaku bagi mereka yang siap secara fisik, finansial, dan spiritual, tanpa terikat waktu dan tempat.
Sebelum memulai ibadah haji, niat yang ikhlas, iman yang kuat, dan menjauhi sifat tercela menjadi kunci utama dalam menjalankannya dengan sepenuh hati. Memperbanyak dzikir dan doa memperkuat hubungan seorang hamba dengan Allah. Haji adalah ibadah fisik dan rohani yang erat dengan nilai spiritual sebagai bekal hidup penuh keimanan.
Setiap rukun haji mengandung makna mendalam, dimulai dengan mengenakan pakaian ihram sebagai simbol pelepasan atribut duniawi dan kesederhanaan. Berihram menandai kesiapan untuk memenuhi panggilan Allah, meninggalkan status sosial dan harta demi mendekatkan diri kepada-Nya. Thawaf, mengelilingi Ka’bah tujuh kali, mencerminkan ketundukan kepada Allah. Sa’i, berlari-lari kecil antara Shafa dan Marwah, mengingatkan pada perjuangan Siti Hajar dalam menemukan air di tengah padang pasir yang mengajarkan ketekunan, kesabaran, dan tawakal. Wukuf di Arafah menjadi tempat evaluasi diri dan permohonan ampunan. Ini adalah momen penting dalam ibadah haji di mana semua jamaah berkumpul untuk berdoa dan merenung.
Mabit di Muzdalifah adalah persiapan melawan godaan setan, dengan mengumpulkan kerikil untuk melontar jumrah sebagai simbol penolakan terhadap hawa nafsu. Ritual melontar jumrah di Mina melambangkan perjuangan Nabi Ibrahim As, melawan godaan setan. Jamaah melempar batu ke tiga pilar yaitu jamratul ula, wustha, dan aqabah sebagai simbol perlawanan terhadap hawa nafsu dan bisikan setan. Hal menunjukkan keteguhan tekad untuk menjaga kesucian hati.
Mabit di Mina, mengajarkan keteguhan iman. Meski sempit, mina menampung jutaan jamaah, menunjukkan keagungan Allah. Rasulullah mengibaratkan Mina seperti rahim ibu yang Allah lapangkan, mengajarkan bahwa Allah selalu memberikan jalan bagi hamba-Nya yang beriman. Ibadah haji diakhiri dengan tahallul, mencukur rambut sebagai tanda penyucian diri dan komitmen untuk kembali ke kehidupan dengan hati yang lebih bersih dan tekad baru. Selain itu, mencukur rambut juga berfungsi untuk menjaga kesehatan otak, yang pada gilirannya akan menghasilkan pemikiran yang positif dan sehat.
Meniti jalan menuju panggilan suci bukan sekadar perjalanan fisik, tetapi juga perjalan spiritual yang membutuhkan keyakinan dan tawakal dalam menjalankannya. Setiap Muslim yang menantikan kesempatan ini hendaknya terus berusaha memperbaiki diri dan berdoa kepada Allah agar diberikan kesempatan memenuhi panggilan-Nya dengan jiwa dan hati yang bersih. Semoga setiap langkah menuju panggilan suci ini menjadi suatu keberkahan dan membawa kita untuk lebih dekat kepada Allah.